Kura-kura Brazil adalah kura-kura yang paling familier sebagai hewan peliharaan. Maklum kura- kura ini termasuk kura-kura asing yang pertama kali didatangkan di Indonesia. Tercatat pada tahun 1995an kura-kura ini sudah dapat ditemui di toko toko akuarium. Kura-kura Brazil sering juga dijuluki dengan istilah red-ear slider atau latinnya trachemys scripta elegans.
Hal ini disebabkan adanya semburat warna merah tepat di belakang matanya sehingga menyerupai telinga berwarna merah. Kura-kura brazil berasal dari Amerika Serikat di bagian selatan. Kura-kura ini menyebar dengan cepat karena ukurannya yang kecil sehingga mudah untuk dipindah lokasikan. Daya tahan kura kura brazil yang kuat juga membuat kura-kura mudah beradaptasi dengan lingkungan manapun. Ini terbukti dengan suburnya populasi kura-kura brazil di kalangan hobiis Indonesia. Umur kura-kura dapat mencapai usia 20 tahun dengan panjang maksimal sekitar 30 cm.
Seperti kebanyakan hewan-hewan Reptil lainnya, Kura-kura Brazil berkembang biak dengan bertelur dengan jumlah bervariasi antara 20 hingga 45 butir tergantung kesuburan dan cuaca. Di alam aslinya kura-kura brazil akan bertelur pada bulan Agustus hingga September menjelang musim penghujan. Butuh waktu 3 minggu untuk menetas. Setelah menetas kura-kura brazil akan keluar dari cangkangnya dimulai dari kepala dan diikuti dengan kedua kaki depannya. Kemudian secara perlahan-lahan, ia bergerak keluar dan segera mencari perairan terdekat untuk tumbuh dewasa. Untuk membedakan jenis kelamin kura-kura brazil caranya cukup mudah. Untuk pejantan ekornya memiliki pola warna yang seimbang antara kuning dan kehijauan sedangkan pada betina warna kuning akan lebih dominan. Pada betina lubang kloaka dekat dengan pangkal tubuh sedangkan kura-kura jantan ada di dekat ujung ekor. Cara yang lainnya adalah dengan membandingkan kuku kura-kura. Kura kura jantan berukuran sangat panjang dan runcing sedangkan betina pendek dan tumpul.
Di alam liar kura-kura brazil dengan mudahnya mengkonsumsi dedaunan. Tetapi di kalangan hobiis dedaunan diganti dengan pellet. Hal tersebut tidak menjadi masalah karena pellet memiliki gizi yang cukup. Agar lebih sehat sebaiknya kura-kura brazil diberi makanan tambahan yang variatif seperti jangkrik, sayuran, cacing tanah, keong air, buah-buahan, makanan komersil dan suplemen vitamin.
Sebagai hewan berdarah dingin kura-kura brazil tergantung pada suhu lingkungan untuk mengatur suhu tubuhnya. Hal tersebut menjadi alasan mengapa hewan hewan berdarah dingin menghabiskan waktunya untuk naik ke permukaan air dan berjemur. Kehangatan menjadi salah satu faktor utama untuk menjaga metabolisme tubuh. Selain itu berjemurt menjadi cara kura-kura untuk mendapatkan sinar ultraviolet. Mengingat dalam pemeliharaan banyak dilakukan di dalam rumah maka hobiis sering menggunakan lampu ultraviolet di dalam akuarium.
Hal ini disebabkan adanya semburat warna merah tepat di belakang matanya sehingga menyerupai telinga berwarna merah. Kura-kura brazil berasal dari Amerika Serikat di bagian selatan. Kura-kura ini menyebar dengan cepat karena ukurannya yang kecil sehingga mudah untuk dipindah lokasikan. Daya tahan kura kura brazil yang kuat juga membuat kura-kura mudah beradaptasi dengan lingkungan manapun. Ini terbukti dengan suburnya populasi kura-kura brazil di kalangan hobiis Indonesia. Umur kura-kura dapat mencapai usia 20 tahun dengan panjang maksimal sekitar 30 cm.
Seperti kebanyakan hewan-hewan Reptil lainnya, Kura-kura Brazil berkembang biak dengan bertelur dengan jumlah bervariasi antara 20 hingga 45 butir tergantung kesuburan dan cuaca. Di alam aslinya kura-kura brazil akan bertelur pada bulan Agustus hingga September menjelang musim penghujan. Butuh waktu 3 minggu untuk menetas. Setelah menetas kura-kura brazil akan keluar dari cangkangnya dimulai dari kepala dan diikuti dengan kedua kaki depannya. Kemudian secara perlahan-lahan, ia bergerak keluar dan segera mencari perairan terdekat untuk tumbuh dewasa. Untuk membedakan jenis kelamin kura-kura brazil caranya cukup mudah. Untuk pejantan ekornya memiliki pola warna yang seimbang antara kuning dan kehijauan sedangkan pada betina warna kuning akan lebih dominan. Pada betina lubang kloaka dekat dengan pangkal tubuh sedangkan kura-kura jantan ada di dekat ujung ekor. Cara yang lainnya adalah dengan membandingkan kuku kura-kura. Kura kura jantan berukuran sangat panjang dan runcing sedangkan betina pendek dan tumpul.
Di alam liar kura-kura brazil dengan mudahnya mengkonsumsi dedaunan. Tetapi di kalangan hobiis dedaunan diganti dengan pellet. Hal tersebut tidak menjadi masalah karena pellet memiliki gizi yang cukup. Agar lebih sehat sebaiknya kura-kura brazil diberi makanan tambahan yang variatif seperti jangkrik, sayuran, cacing tanah, keong air, buah-buahan, makanan komersil dan suplemen vitamin.
Sebagai hewan berdarah dingin kura-kura brazil tergantung pada suhu lingkungan untuk mengatur suhu tubuhnya. Hal tersebut menjadi alasan mengapa hewan hewan berdarah dingin menghabiskan waktunya untuk naik ke permukaan air dan berjemur. Kehangatan menjadi salah satu faktor utama untuk menjaga metabolisme tubuh. Selain itu berjemurt menjadi cara kura-kura untuk mendapatkan sinar ultraviolet. Mengingat dalam pemeliharaan banyak dilakukan di dalam rumah maka hobiis sering menggunakan lampu ultraviolet di dalam akuarium.
(sumber: www.petsgalery.com)